Proses Inovasi dan Pengelolaannya
Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung
terus menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi
(Damanpour dkk dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997). De Jong & Den
Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut
:
a.
Melihat kesempatan bagi karyawan
untuk mengidentifikasi kesempatankesempatan. Kesempatan dapat berawal dari
ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian
dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang
sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya
indikasi trends yang sedang berubah.
b. Mengeluarkan
ide. Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah
peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau
memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci
dalam mengeluarkan ide adalah mengombinasikan dan mereorganisasikan informasi
dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau
meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan
kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
c. Implementasi. Dalam fase
ini, ide ditransformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering
juga disebut tahapan konvergen. Untuk
mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku
yang mengacu pada hasil. Perilaku Inovasi
Konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang
berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi
juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan
juga menekan dan bernegosiasi. Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan
koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
d. Aplikasi.
Dalam
fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji,
dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam
bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan. Proses
inovasi terdiri atas :
a)
Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan
rancangan teknis dan desain.
b)
Resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan
dan memecah ide ke dalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk
tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain
alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase
yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan implementasi Proses
inovasi adalah sebagai berikut :
·
Inisiasi yaitu kegiatan yang mencakup
keputusan dalam organisasi untuk mengadopsi inovasi.
·
Pengembangan yaitu kegiatan yang meliputi desain dan pengembangan
produk dan perencanaan proses inovasi dalam fase inovasijadi fase ini meliputi mengeluarkan
ide dan pemecahan masalah.
·
Implementasi yaitu kegiatan
ini meliputi penerapan desain inovasi yang telah dibuat sebelumnya dalam fase
pengembangan.
Adair (1996) mengatakan ada 3 fase dalam proses inovasi sebagai berikut :
a.
Generating
ideas. Keterlibatan
individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan
layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru.
b. Harvesting ideas. Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi ide-ide.
c.
Developing
and implementing these ideas. Mengembangkan
ide-ide yang tekah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.
Hussey (2003) berupaya membentuknya dalam tahapan dan dibuat dengan akronim
EASIER yaitu :
1.
Envisioning yaitu proses ini meliputi penyamaan pandangan
mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi
ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organisasi, ruang lingkup inovasi, dan
bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi.
2. Activating yaitu penyampaian visi ke publik agar tercapai
sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi
begitupula dengan implementasi visi.
3. Supporting yaitu tahapan ini merupakan upaya seorang pemimpin
tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan, namun
juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif.
Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh
karena itu, pemimpin hendaknya bersikap emphatik.
4. Installing yaitu pada tahapan ini merupakan tahapan
implementasi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas
strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima.
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu
seseorang di dalam memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai
berikut :
·
Meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat
dipahami kemudian,
·
Mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan
membawa perubahan,
·
Mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai
tindakan yang diterima,
·
Memprioritaskan tindakan yang diterima,
·
Memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja
dan struktur yang dibutuhkan,
·
Mengalokasikan orang-orang yang tepat, dan
·
Menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk
memperlancar implementasi inovasi.
5. Ensuring yaitu kegiatan yang meliputi monitoring
dan
evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan
sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka
rencana alternative apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga
dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga
apabila tidak, maka akan dibuat langkah penyesuaian.
6.
Recognizing yaitu tahapan ini meliputi segala macam bentuk
penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi reward
dalam
bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih
yang tulus, serta bentuk promosi.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap
dalam proses inovasi adalah sebagai berikut :
a)
Melihat peluang. Peluang muncul
ketika ada persoalan yang muncul atau dipersepsikan sebagai suatu kesenjangan antara
yang seharusnya dan realitanya. Oleh karenanya, perilaku inovatif dimulai dari
ketrampilan melihat peluang.
b) Mengeluarkan
ide. Ketika dihadapkan suatu masalah atau dipersepsikan sebagai masalah maka
gaya berfikir konvergen yang digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya
terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat diperlukan.
c) Mengkaji
ide. Tidak Semua ide dapat dipakai, maka dilakukan kajian terhadap ide yang
muncul. Gaya berfikir divergen atau mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar
pertimbangan adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan kerugian dan keuntungan.
Ide yang realistic yang diterima, sementara ide yang kurang realistic dibuang.
Kajian dilakukan terus menerus sampai ditemukan alternative yang paling mempunyai
probabilitas sukses yang paling besar.
d) Implementasi.
Dalam
tahap ini, keberanian mengambil resiko sangat diperlukan. Resiko berkaitan
dengan probabilitas kesuksesan dan kegagalan, oleh karenanya David Mc Clelland
menyarankan pengambilan resiko sebaiknya dalam taraf sedang. Hal ini berakaitan
dengan probabilitas untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan
perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi.
Pengelolaan
Perilaku Inovatif
Bharawaj & Menon pada tahun 2000 melakukan survey lebih dari 600
unit bisnis mendapatkan hasil bahwa yang menentukan inovasi pada level
organisasi adalah :
a.
Mekanisme kreativitas individual,
b. Mekanisme kreativitas
organisasi, dan
c. Ke dua faktor
secara bersama-sama (Hyland & Beckett, 2004).
Ulrich (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa ada 3 premis
yang berkaitan dengan inovasi yaitu persoalan inovasi, inovasi itu multifaceted, dan inovasi sebuah
budaya
Hickman & Raia (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa
inovasi dapat terjadi dalam lingkungan yang berfikir divergen, imajinasi,
ketidakaturan, uncertainty, dan toleransi terhadap ambigiusitas. Bukan dalam
sistem berfikir konvergen yang mempertahankan aturan organisasi. Strategi apa
yang perlu diperhatikan dalam memunculkan inovasi ? Pertama, perlu
mempertimbangkan pertambahan keuntungan yang akan dicapai. Hal ini dapat dilakukan
melalui pengukuran sampai sejauh mana kompetitor akan sulit mengikuti langkah
yang diambil. Kedua apakah ada kemungkinan untuk memperluas keuntungan yang
akan diperoleh (Hussey, 2003). Dengan demikian, bagian akhir dari sebuah
inovasi adalah sejauh mana langkah yang diambil dapat menguntungkan dan tidak
diambil
keuntungannya oleh pesaing dan mendapatkan keuntungan.
Hussey berupaya membentuknya dalam tahapan yang disebut dengan EASIER yakni
:
a)
Envisioning. Proses ini
meliputi penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan
berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk
organisasi, ruang lingkup inovasi, dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan
visi perusahaan.
b) Activating. Tahap ini meliputi penyampaian visi ke publik.
Dengan demikian, akan tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi
akan relevan dengan visi begitu pula dengan implementasi visi.
c) Supporting. Dalam tahap ini merupakan upaya seorang pemimpin
tidak hanya di dalam memberikan perintahdan instruksi kepada bawahan, namun
juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif.
Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh
karena itu, pemimpin hendaknya bersikap emphatic.
d) Installing. Tahap ini merupakan tahapan implementasi. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan
dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima. Berikut ini beberapa hal yang
dapat membantu seseorang di dalam mempertimbangkan implementasi sebuah inovasi,
yaitu : (a) Meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami kemudian,
(b) Mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan membawa perubahan, (c) Mengalokasikan
tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima, (d) Memprioritaskan
tindakan yang diterima, (e) Memberikan anggaran yang sesuai, (f) Mengatur tim
kerja dan struktur yang dibutuhkan, (g) Mengalokasikan orang-orang yang tepat,
dan (h) Menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasi
inovasi.
e) Ensuring. Dalam tahap ini kegiatannya meliputi pemantauan
dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan
sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka
rencana apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk
memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga apabila tidak,
maka akan dibuat langkah penyesuaian.
f) Recognizing. Dalam tahap ini meliputi segala macam bentuk
penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi pengukuhan dalam
bentuk financial tetapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih
yang tulus, serta bentuk promosi.
Inovasi terjadi dalam setiap fase dalam bisnis, yang merupakan bagian
esensial dari strategi bisnis. Namun demikian, inovasi bukan sekedar
kreativitas individu (Adair, 1996). Stein & Woodman (Brazeal &
Herbert,1997) mengatakan bahwa inovasi adalah implementasi yang berhasil dari
ide-ide kreatif.
Inovasi merupakan proses berfikir mengenai ide yang baru dalam rangka memuaskan
pelanggan (Adair, 1996). Oleh karenanya, inovasi yang efektif harus melibatkan
tiga dimensi yang saling tumpang tindih yaitu individu – tim – organisasi. Persoalannya
organisasi tidak mempunyai ide yang baru, demikian juga dengan tim, tetapi yang
mempunyai ide yang baru adalah individu. Oleh karenanya inovasi membutuhkan tim
(Adair, 1996).
Budaya atau kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi.
Beberapa budaya mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu
seorang yang kreatif dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan
masalah yang kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang
menghargai pendapat ideide baru (Adair, 1996). Organisasi inovatif dikatakan
Bryd & Brown (2003) adalah sebagai berikut :
·
Adanya dorongan bagi para anggotanya untuk bekerja
secara mandiri.
·
Memberikan penghargaan kepada para anggota yang
memiliki arahan tersendiri (inner-directed) dan
mengembangkan ide-ide mereka.
·
Menilai keunikan dan bakat tiap contributor.
·
Menampilkan ketangguhan ketika menghadapi hambatan.
·
Mengetahui bagaimana cara berkembang di lingkungan
yang ambigu/ tidak menentu.
·
Menciptakan lingkungan yang setiap orang yang
berada di dalamnya dihargai dan dinilai karena menjadi dirinya sendiri.
·
Memperkenalkan perilaku penerimaan yang baik
Sumber :
http://elisa1.ugm.ac.id/proses-inovasi/modul%20kuliah%208%20proses-inovasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar